Doa Naik Kendaraan
Untuk men-takhrīj hadis tentang do’a naik kendaraan, maka terlebih dahulu
digunakan kamus hadis al-Mu'jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīth al-Nabawī dengan
mencari akar kata dalam matn hadis tersebut, yaitu lafal سفر :[1]
1. Imam muslim mengeluarkannya dalam Shahih Muslim, bersumber dari
sahabat Ibn Umar, pada كتـاب الحـج, باب ما يقول إذا ركب إلى سفر الحج وغيره dengan lafal:
حدّثني هَـرُونُ بْنُ عَبْدِ
اللّهِ . حَدَّثَنَا حَجَّاجُ بْنُ مُحَمَّدٍ . قال: قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ :
أَخْبَرَنِي أَبُو الزُّبَيْرِ أَنَّ عَلِيّاً الأَزْدِيَّ أَخْبَرَهُ أَنَّ ابْنَ
عُمَرَ ، عَلَّمَهُمْ أَنَّ رَسُولَ اللّهِ كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى بَعِيرِهِ
خَارِجاً إِلَى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلاَثاً، ثُمَّ قَالَ: «سُبْحَانَ الَّذِي
سَخَّرَ لَنَا هَـذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ. وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا
لَمُنْقَلِبُونَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَـذَا الْبِرَّ
وَالتَّقْوَى. وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى. اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَـذَا. وَاطْوِ عَنَّا
بُعْدَهُ. اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ. وَالْخَلِيفَةُ فِي
الأَهْلِ. اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ
الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ، فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ». وَإِذَا رَجَعَ
قَالَهُنَّ. وَزَادَ فِيهِنَّ: «آيِبُونَ، تَائِبُونَ، عَابِدُونَ، لِرَبِّنَا
حَامِدُونَ»[2]
Artinya:
Dari Harun bin Abdullah, dari Hajjaj bin
Muhammad, Berkata Ibn Juraij telah mengkhabarkan Abu Zubair Dari Ali Al Azdi
RA, bahwasanya Ibnu Umar RA pernah mengajarkan para sahabat bahwa Rasulullah
apabila berada di atas untanya ketika hendak berangkat dalam suatu perjalanan,
beliau bertakbir tiga kali, lalu membaca doa, "Maha suci Allah yang telah
menundukkan kendaraan ini untuk kami, dan kami tidaklah turut campur dalam
urusan Allah, serta kami sungguh akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah',
Sungguh kami mohon kepada-Mu kebaikan dan takwa di dalam perjalanan kami ini,
serta amalan yang Engkau ridhai. Ya Allah! Berikan kepada kami kemudahan dalam
perjalanan kami ini dan dekatkanlah jauhnya perjalanan ini, Ya Allah! Engkaulah yang menguasai perjalanan ini dan Engkau pula yang
mengurus keluarga kami, Ya Allah! Sungguh aku berlindung kepada Engkau dari
lelahnya perjalanan, dari kesedihan pemandangan, dan dari bencana dalam urusan
harta dan keluarga. " Apabila Rasulullah kembali, beliau juga membaca doa
tersebut dengan ditambah, "Kami semua akan kembali kepada Tuhan kami. Kami
semua bertaubat, mengabdi, dan memuji Tuhan kami'
2.
Imam Tirmidzi mengeluarkan dalam Sunan
at-Tirmidzi, darinya ‘Abdillah bin Sarjis, pada كتاب الدعوات عَن رَسُولِ الله, بابُ مَا يَقُولُ إِذَا خَرَجَ مُسَافِرا dengan lafal:
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ عَبْدَةَ الضَّبِّيِّ
حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ عَاصِمٍ الْأَحْوَلِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ سَرْجِسَ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا
سَافَرَ يَقُولُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي
الْأَهْلِ اللَّهُمَّ اصْحَبْنَا فِي سَفَرِنَا وَاخْلُفْنَا فِي أَهْلِنَا
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرَ وَكَآبَةِ الْمُنْقَلَبِ
وَمِنْ الْحَوْرِ بَعْدَ الْكَوْنِ وَمِنْ دَعْوَةِ الْمَظْلُومِ وَمِنْ سُوءِ
الْمَنْظَرِ فِي الْأَهْلِ وَالْمَالِ[3]
Artinya:
“Ahmad bin Abdah menceritakan kepada kami,
Hamad bin Zaid menceritakan kepada kami, dari Ashim Al Ahwal, dari Abdullah bin
Sarjis, ia berkata, "Apabila Nabi SAW akan bepergian. beliau selalu
membaca, ' Ya Allah, Engkau adalah penjaga dalam perjalanan dan pengganti dalam
mengurus keluarga (kami). Ya
Allah, temanilah kami dalam perjalanan kami, dan jadilah penggami kami dalam
mengurus keluarga kami. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari
kesulitan dalam perjalanan, kesusahan saa: kembali, kekurangan setelah ada,
do'a orang-orang yang leramaya. dan buruknya pandangan terhadap keluarga dan
harta”
3. Imam Abi Daud mengeluarkan sunan Abi Daud, bersumber dari Abu
Hurairah pada كتاب الجهاد, باب ما يقول الرجل إذا سافر, dengan lafal sebagai berikut :
حدثنا مُسَدَّدٌ أخبرنا يَحْيَى أخبرنا مُحَمَّدُ بنُ عَجْلاَنَ حدثني سَعِيدُ
المَقْبُرِيُّ عن أبي هُرَيْرَةَ ، قال: « كَانَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلّم
إذَا سَافَرَ قال: اللَّهُمَّ أنْتَ الصَّاحِبُ في السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ في
الأهْلِ، اللَّهُمَّ إنِّي أعُوذُ بكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبةِ
المُنْقَلَبِ وَسُوءِ المَنْظَرِ في الأهْلِ وَالمَالِ، اللَّهُمَّ اطْوِ لَنَا
الأرْضَ وَهَوِّنْ عَلَيْنَا السَّفَر[4]
Artinya:
Dari Musaddad dari Yahya dari Muhammad bin
‘Ujlani dari Said al-Miqrubi Dari Abu Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW
ketika bepergian mengucapkan doa yang artinya, "Ya Allah, Engkau adalah
Partner dalam bepergian dan Khalifah bagi keluarga (yang ditinggalkan). Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari hambatan, perjalanan pulang yang menyedihkan, dan
jeleknya pandangan pada keluarga serta harta. Ya Allah, jadikanlah bumi ini dekat
untuk kami dan ringankanlah perjalanan kami.
كَانَ إِذَا اسْتَوَى عَلَى
بَعِيرِهِ خَارِجاً إِلَى سَفَرٍ، كَبَّرَ ثَلاَثاً، ثُمَّ قَالَ: «سُبْحَانَ الَّذِي
سَخَّرَ لَنَا هَـذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ,,,,,,,,
"Bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa
Sallam apabila telah berada diatas untanya ketika hendak berangkat dalam suatu
perjalanan, beliau bertakbir tiga kali, lalu membaca doa, "Maha suci Allah
yang telah menundukkan semua ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu
menguasainya—seterusnya."
Makna kata (menguasai), jadi maksudnya kami
tidak bisa menguasai dan memanfaatkannya kalau bukan Allah yang menundukkan
semua ini bagi kami. Hadits ini mensunnahkan mengucapkan dzikir doa tersebut ketika hendak bepergian. Banyak sekali dzikir
yang berkaitan dengan hal itu yang telah aku(Imam Nawami) kumpulkan dalam Kitab: Al-Adzkar.
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ
بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ،
فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ
“Ya Allah, sungguh aku berlindung Kepada-Mu dari lelahnya perjalanan,
sedihnya pemandangan, dari bencana dalam urusan harta dan keluarga.”
Lafazh وعثاء maknanya
kesusahan dan kesulitan.
Lafazh كابة maknanya perubahan jiwa karena sedih dan
sebagainya.
Apabila Rasulullah kembali, beliau juga
membaca doa tersebut dengan ditambah, "Kami semua akan kembali kepada
Tuhan kami. Kami semua bertaubat, mengabdi, dan memuji Tuhan kami.[6]
DAFTAR PUSTAKA
Wensinck, A.J. Concordance et Indices de la
Tradition Musulmane, diterjemahkan dan di-tahqīq oleh Muhammad Fu'ād
'Abd al-Bāqī dengan judul al-Mu'jam al-Mufahras li Alfāz al-Hadīth
al-Nabawī, Jilid. II, Brill, Leiden, 1946.
An-Naisaburi, Abu Husein Muslim Bin Hajjaj Bin
Muslim Bin Qusairi, Sahih Muslim, juz 9, Dâr al-Kitab ‘Alamiyah, Beirut,
1992.
Al-Tirmidzi, Abu ‘Isa Muhammad Ibn ‘Isa Ibn
Tsawrah Ibn Musa Ibn al-Dhahak al-Sulami al-Bughi, Sunan at-Tirmidzi,
Juz 9, Dâr al-Fikr, Beirut, 1994.
as-Sijistani, Sulaiman bin
al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi, Sunan Abi
Daud, Juz 7, Dâr Ihyâ al-Turâts al-Arabi, Beirut, T.Th.
Imam an-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Sahih
Muslim Ibn Hajjaj, terj. Suharlan dan Darwis dengan judul, Syarah Sahih
Muslim, Jilid 6, Darus Sunnah Press,
Jakarta, 2010.
[1] A.J. Wensinck,
Concordance et Indices de la Tradition Musulmane, diterjemahkan dan di-tahqīq oleh
Muhammad Fu'ād 'Abd al-Bāqī dengan judul al-Mu'jam al-Mufahras li Alfāz
al-Hadīth al-Nabawī, Jilid. II
(Leiden: Brill, 1946), h. 469.
[2] Abu Husein Muslim Bin Hajjaj Bin Muslim Bin Qusairi An-Naisaburi, Sahih
Muslim, juz 9 (Beirut: Dâr al-Kitab ‘Alamiyah, 1992) 93-94.
[3] Abu ‘Isa Muhammad Ibn ‘Isa Ibn Tsawrah Ibn Musa Ibn
al-Dhahak al-Sulami al-Bughi al Tirmidzi, Sunan at-Tirmidzi, Juz 9
(Beirut: Dâr al-Fikr, 1994), h. 322.
[4] Sulaiman bin
al-Asy’as bin Ishak bin Basyir bin Syidad bin Amar al-Azdi as-Sijistani, Sunan Abi Daud, Juz 7,
(Beirut: Dâr Ihyâ al-Turâts al-Arabi, T.Th), h. 258.
[5] Imam an-Nawawi, Al-Minhaj Syarh Sahih Muslim Ibn Hajjaj, terj.
Suharlan dan Darwis dengan judul, Syarah Sahih Muslim, Jilid 6 (Jakarta: Darus Sunnah Press, 2010),
h. 641-642.
0 komentar:
Posting Komentar